-->

Mengenal Sejarah Lewat 7 Museum di Jogja



Halo Apa Kabar Sahabat Tentang Kita? Pada zaman modern dan serba instans ini, kita sudah terpaut berpuluh-puluh tahun dari peristiwa-peristiwa bersejarah yang sempat terjadi sebelum kemerdekaan hingga puluhan tahun setelah kemerdekaan. Bagi Generasi anak zaman now, tentu sudah tidak pernah mengalami bahkan mungkin sudah jarang mendengar cerita-cerita perjuangan para pahlawan kita di masa lalu. Untuk itu penting bagi kita untuk mengajak anak & keluarga kita untuk kembali menjelajahi dan mengenang perjuangan mereka melalui peninggalan-peninggalan yang mereka wariskan pada generasi mendatang. Museum adalah tempat yang tepat untuk mengenalkan dan memperinggati berbagai sejarah kepada kita dan anak cucu. Nah Kalau di Jogja, kira-kira di mana saja ya museum-museum yang bisa kita kunjungi bersama keluarga?


1. Museum MONJALI ( Monumen Jogja Kembali)



Monumen Yogya Kembali (Monjali) didirikan untuk memperingati peristiwa berfungsinya kembali Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia yang direbut dari penjajah Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 29 Juni 1949. Ide atau gagasan untuk mendirikan museum ini adalah Bapak Kolonel Soegiarto. Tanggal 29 Juni 1985 Monumen mulai dibangun. Kemudian, tanggal 6 Juli 1989 Monjali diresmikan oleh Presiden Soeharto. Museum yang berbentuk menyerupai tumpeng ini di bangun di atas lahan seluas 49.920 m2, dengan ketinggian 31,8 meter.

JAM BUKA DAN HARGA TIKET MASUK MONJALI

Monumen Yogya Kembali (Monjali) buka hari Selasa - Minggu mulai pk 08.00 sampai pk 16.00. Hari Senin tutup.

Harga tiket masuk Monumen Yogya Kembali (Monjali).

Umum: Rp15.000

Rombongan > 30 orang: diskon 10%

Anak TK, yatim piatu, difabel: diskon 50%

Alamat: 7929+5R9, Jl. Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581


2. Museum Kraton Ngayogyakarto



Sejaran mencatat bahwa Kraton Yogyakarta telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I pada 7 Oktober 1756 yang disempurnakan kemudian oleh para sultan berikutnya. Di masa pemerintahan Sultan HB IX, kraton dibuka agar masyarakat luas dapat menikmatinya.

Anda akan menyaksikan keagungan, kemegahan, dan kewibawaan para raja dan keluarganya saat memegang pemerintahan dari masa ke masa melalui koleksi kristal, kereta, kain batik, lukisan Raden Saleh, gamelan pusaka, hingga koleksi pribadi Sri Sultan Hamengku Buwana IX.

Jam Buka Museum :

Buka setiap hari : Pukul 08.00 - 13.30 WIB

Khusus Hari Jumat : Pukul. 08.00 - 13.00 WIB

Libur pada upacara kebesaran Keraton

Tiket Masuk Museum Keraton :

Tiket masuk Rp. 5000,-/orang

Penggunaan kamera Rp. 1000,-

Alamat: 59V7+R3H, Jalan Rotowijayan, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132


3. Museum Benteng VREDEBURG



Museum Benteng Vredeburg didirikan pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda, saat itu Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa dipimpin oleh kepemimpinan Nicolaas Harting. Tujuan dibangunnya Museum Benteng Vredeburg adalah untuk menjaga keamanan Keraton dan sekitarnya, tetapi adanya maksud lain yang sebenarnya adalah untuk memudahkan dan mengontrol perkembangan yang terjadi di dalam Keraton. 

Koleksi Museum

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksi sebagai berikut:


A. Koleksi Bangunan:


Selokan atau parit, dibuat mengelilingi benteng yang pada awalnya dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh yang kemudian pada perkembangan selanjutnya karena sistem kemiliteran sudah mengalami kemajuan hanya digunakan sebagai sarana drainase atau pembuangan saja.

Jembatan, pada awalnya dibuat jembatan angkat (gantung), tetapi karena berkembangnya teknologi khususnya kendaraan perang kemudian diganti dengan jembatan yang paten.

Tembok (benteng), lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok (benteng) yang mengelilingi kompleks benteng, berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan.

Pintu gerbang, dibangun sebagai sarana keluar masuk di kompleks benteng. Pintu gerbang tersebut berjumlah tiga buah yaitu di sebelah barat, timur, dan selatan. Tetapi khusus sebelah selatan hanya dibuat lebih kecil saja.

Bangunan-bangunan di dalam benteng (di bagian tengah benteng) yang berfungsi sebagai barak prajurit dan perwira, yang kemudian pada perkembangan selanjutnya difungsikan sebagai tangsi militer.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

B. Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah. Antara lain berupa: peralatan rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur, dan lain-lain


C. Koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan atau benda hasil visualisasi lainnya.


D. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk diorama, yaitu:


Ruang Diorama I, terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah yang terjadi sejak periode Perang Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-1942)

Ruang Diorama II, terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak Proklamasi atau awal kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda I (1945-1947)

Ruang Diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949)

Ruang Diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai Masa Orde Baru (1950-1974)

Jam Kunjungan:

Selasa - Kamis 07.30-16.00

Jumat - Minggu 07.30-16.30

Tiket:

Dewasa Rp 2.000

Anak-anak Rp 1.000

Asing Rp 10.000

Alamat : Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122


4. Museum Affandi



Kompleks museum menempati tanah seluas 3.500 meter persegi terdiri atas bangunan museum beserta bangunan pelengkap, dan bangunan rumah tempat tinggal pelukis Affandi dan keluarganya. Lahan yang berteras tidak menghambat Affandi dalam menciptakan tata letak bangunan beserta lingkungannya. Pembangunan kompleks museum ini dilakukan secara bertahap dan dirancang sendiri oleh Affandi.

GALERI I

Pada tahun 1962 Affandi selesai membangun Galeri I dengan luas bangunan 314,6 meter persegi sebagai ruang pameran bagi sejumlah hasil karya lukisnya. Bangunan Galeri I ini kemudian diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof.Ida Bagus Mantra, pada tahun 1974.


Pada Galeri I dapat disaksikan hasil karya Affandi yang berupa lukisan dari tahun-tahun awal hingga tahun terakhir semasa hidupnya. Lukisan tersebut terdiri atas sketsa-sketsa di atas kertas, lukisan cat air, pastel, serta cat minyak di atas kanvas.


Hasil karya dua buah patung potret diri yang terbuat dari tanah liat dan semen, serta sebuah reproduksi patung karyanya berupa potret diri bersama putrinya, Kartika, yang aslinya menjadi koleksi Taman Siswa Jakarta.


Sebuah mobil Colt Gallant tahun 1976 adalah mobil kesayangan semasa hidupnya yang telah dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan yang terpajang di dalam ruangan ini pula. Selain itu terdapat sepedanya dan sejumlah reproduksi di atas kanvas dan kertas


GALERI II

Pada tahun 1987, Presiden Soeharto memberikan bantuan berupa pendirian sebuah bangunan Galeri II, yang menempati areal tanah seluas 351,5 meter persegi. Bangunan Galeri II ini kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan, pada tanggal 9 Juni 1988.

GALERI III

Galeri III didirikan pada tahun 1997 dan diresmikan oleh Sri Sultan HB X pada tanggal 26 Mei 2000 dan dibangun atas ide dasar yang sama dengan bangunan lainnya antara kompleks museum yang menggunakan bentuk garis melengkung dengan atap yang membentuk pelepah daun pisang.

Galeri III mempunyai tiga lantai bangunan, lantai I digunakan untuk ruang pameran, lantai II untuk ruang perawatan/perbaikan lukisan, dan ruang bawah tanah sebagai ruang penyimpanan lukisan.

Di dalam Galeri III dipajang karya keluarga Affandi, sulaman Maryati, lukisan Kartika dan Rukmini.


Jam Kunjungan:

Senin-Minggu 09.00-16.00

Hari libur nasional tutup

Note: Untuk hari Minggu kami menyarankan pengunjung menghubungi museum terlebih dahulu karena terdapat kemungkinan museum tidak buka.

Harga Tiket:

Tiket Rp 20.000 (bonus pensil dan kupon soft drink di Cafe Loteng)

Note: Dulu kamera dikenakan biaya Rp 10.000, sekarang tidak diperbolehkan memotret di dalam galeri.

Alamat: Jl. Laksda Adisucipto No.167, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281


5. Museum Gunung Merapi



Museum Gunung Merapi merupakan museum bersejarah yang terdapat di Yogyakarta yang berisikan pengetahuan tentang kegunung apian khususnya Gunung Merapi. 

Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare, museum yang ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal masyarakat sebagai Museum Gunungapi Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi.

Museum Gunung Api Merapi dilengkapi dengan ruangan-ruangan yang mengambil tema Volcano World, On The Merapi Volcano Trail, Manusia dan Gunungapi, Bencana Gempabumi dan Tsunami, Bencana Gerakan Tanah, Diorama, Peralatan Survey, Extra-terrestrial Volcano, Film Show, dan fasilitas penunjang lainnya.

Museum ini dibuat untuk menceritakan gunung api yang ada, khususnya Merapi. Anda dapat mengamati berbagai tipe gunung api dan letusannya di dunia melalui panel museum. Selain itu artefak dari letusan Merapi tahun 2006 berupa bangkai sepeda motor, alat-alat rumah tangga, serta foto-foto erupsi tahun 2010 dapat Anda saksikan melengkapi foto-foto erupsi berbagai gunung api di Chili, Italy, Hawaii, USA, dan lain sebagainya.

Jam Buka Museum

Selasa - Minggu pukul 08.00 - 15.30 WIB

Jumat pukul 08.00 - 14.30 WIB

Senin tutup

Tiket Masuk

Tiket masuk   : Rp 5.000,- per orang

Tiket masuk Wisman : Rp. 10.000,- per orang

Tiket masuk ruang audio visual  : Rp 5.000,- per orang

Tiket masuk ruang audio visual wisman : Rp. 10.000,- per orang

Alamat : Jalan Kaliurang Km. 22, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Hargobinangun, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582, Indonesia


6. Museum Ullen Sentanu



Museum Ullen Sentalu adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta).

Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan, baik untuk acara formal maupun untuk keseharian.

Nama Ullen Sentalu merupakan akronim dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Falsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Museum Ullen Sentalu berisi berbagai macam peninggalan kerajaan Mataram Kuno hingga Mataram Islam seperti dari patung, arca, syair, dan gamelan. Selain itu ada pula lukisan serta sejumlah benda hadiah dari Keraton Yogyakarta yang merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam.

Gamelan yang ada di tempat ini juga bagian dari hibah Keraton Yogyakarta yang dulu sering digunakan untuk mengiringi pementasan Keraton. Diantara beberapa lukisan yang ada Lukisan Jumenengan tentang Tari Bedhaya menjadi salah satu koleksi unggulan dari Museum Ullen Sentalu.

Lukisan yang juga tidak kalah menarik adalah lukisan Busana Paes Ageng yang menunjukan detail lengkap pengantin dengan riasan paes ageng. Anda juga bisa belajar secara mendalam mengenai maksud dari berbagai macam motif batik yang ada sejak lama di museum ini.

Salah satu motif batik yang cukup terkenal adalah Batik Motif Urang Wetan, motif batik khas keraton yang pernah digunakan permaisuri. Setiap barang koleksi yang ada akan menambah wawasan Anda mengenai nilai budaya, sejarah, dan filosofi yang diberikan oleh kerajaan Mataram.

Hari Buka Museum

Selasa – Minggu

Jam 08:30 WIB – 17:00 WIB

Harga Tiket

Tiket Wisatawan Dewasa Rp40.000,00

Tiket Wisatawan Anak-Anak Rp15.000,00

Tiket Tur Adiluhung Mataram Rp50.000,00

Tiket Tur Vorstenlanden Rp100.000,0

Alamat: Jl. Boyong No.KM 25, Kaliurang, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582


7. Museum Sonobudoyo



Museum Sonobudoyo merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan dimulai dengan pembangunan pendapa kecil dengan candra sengkala Buta Ngrasa Esthining Lata yang bermakna tahun 1865 jawa atau tahun 1934 Masehi. Peresmian museum ini dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada tanggal 6 November 1935 dengan candra sengkala Kayu Winayang ing brahmana Budha, yaitu angka tahun 1866 Jawa atau tahun 1935 masehi.

Bangunan gedung museum direncanakan oleh Ir. Th. Karsten serta pengawas dan penasehat Ir. L. J. Moens di atas tanah seluas 7.867 m2.

Museum Sonobudoyo memiliki jumlah koleksi terbanyak di Yogyakarta, yaitu + 43.263 buah. Koleksi tersebut berupa berbagai benda artefak mulai dari batik, keris, arca zaman klasik, keramik, gerabah senjata tradisional, keramik kuno, dan masih banyak lagi. Asal mula koleksi adalah hibah dari Java Instituut, sebuah perkumpulan pakar seni dan budaya Jawa, Bali, Nusa Tenggara yang anggotanya terdiri dari orang-orang Indonesia dan mancanegara.

Jam Buka Museum

Selasa - Kamis: pukul 08.00 - 15.30

Jumat: pukul 08.00 - 14.00

Sabtu - Minggu: pukul 08.00 - 15.30 

Senin & Hari Libur Nasional: Tutup

Harga Tiket Masuk

Dewasa Perorangan: Rp. 3.000,-

Dewasa Rombongan: Rp. 2.500,-

Anak-anak Perorangaan: Rp.  2.500,-

Anak-anak Rombongan: Rp. 2.000,-

Wisatawan Asing: Rp. 5.000,-

Tiket dapat dipakai lagi untuk mengunjungi Museum Sonobudoyo Unit II (tidak perlu membeli tiket lagi untuk Museum Unit II)

Alamat : Jl. Pangurakan No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122


Comments