Sejak dahulu Negara Indonesia yang terletak di jalur pelayaran perdagangan dunia menjadi titik temu bagi kapal-kapal saudagar dari berbagai bangsa dan Negara di dunia. Dan salah satunya yang paling banyak adalah pedagang dari Cina
Menurut berbagai catatan sejarah yang ada, bangsa Tionghoa atau China masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 pada masa Dinasti Tang. Saat itu mereka mendarat di pulau Jawa. Tak heran banyak budaya China yang secara perlahan masuk ke Indonesia. Mulai dari upacara tradisi hingga pengaruh China terhadap makanan dan warisan kuliner Nusantara di Indonesia.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa makanan yang terkenal di Indonesia, tapi ternyata merupakan makanan asal China yang sudah eksis sejak dulu di Nusantara.
Namum pastinya makanan makanan dari China tersebut sudah sedikit banyak melalui modifikasi di sesuikan dengan lidah dan budaya Timur bangsa Indonesia. Berikut ini makanan yang ternyata berasal dari Negara China
1. SOTO
Soto merupakan salah satu makanan dengan varian yang banyak di Indonesia. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki variannya sendiri untuk makanan lezat yang satu ini, sebut saja soto Betawi, soto Semarang, soto Kudus, coto Makassar, dan masih banyak variannya yang lain.
Bahan dan bumbu yang digunakan di tiap daerah pun berbeda tergantung dengan selera warga lokal di wilayah tersebut. Namun terdapat satu hal yang menjadi benang merah antara satu jenis soto dengan yang lainnya, yaitu warna kuah yang cenderung kuning.
Pada jilid II dari karya besarnya yaitu Nusa Jawa: Silang Budaya, Denys Lombard membahas bahwa asal mula soto adalah makanan China bernama caudo atau jao to. Makanan ini pertama kali populer di wilayah Semarang sekitar abad ke-19. Namun dalam buku tersebut tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai salah satu makanan paling favorit bagi banyak masyarakat Indonesia.
Lebih jauh mengenai soto, terdapat sebuah penelitian yang berjudul Menyantap Soto Melacak Jao To dari Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani yang mencoba memetakan sejarah dari makanan ini. Dikutip dari Lono Simatupang, disebutkan bahwa soto berasal dari makanan China dalam dialek Hokkian yang bernama cau do. Arti dari cau do sendiri adalah rerumputan jeroan atau jeroan berempah.
2. BAKSO
Pada awal abad ke-17 akhir dinasti Ming di Fuzhou. Hidup seorang anak yang bernama Meng Bo yang tinggal di sebuah desa kecil. Meng Bo terkenal sebagai anak yang baik dan berbakti kepada ibunya. Kebaikan dan kebaktiannya sudah tertenak diantara para tetangganya. Hingga suatu hari, ibunya yang mulai tua tak dapat memakan daging sebab giginya sudah mulai tidak dapat makan makanan yang sifatnya keras, seperti daging. Padahal daging adalah makanan kesukaan ibunya. Bayangkan saja, kalau kamu yang ada di posisi Ibunya, kamu favorit dengan makanan, tapi kamu tidak bisa makan makanan yang kamu suka itu.
Sebab itulah, Meng Bo berinisiatif membantu agar ibunya dapat makan daging yang menjadi kesukaannya. Sepanjang malam, Meng Bo memikirkan bagaimana caranya mengolah daging yang keras agar dapat dimakan oleh ibunya. Hingga suatu ketika, Meng Bo melihat tetangganya menumbuk beras ketan untuk dijadikan kue mochi. Melihat hal itu, Meng Bo langsung pergi ke dapur dan mengolah daging seperti cara tetangganya membuat olahan kue mochi. Setelah daging empuk, Meng Bo membentuknya seperti bulatan bulatan kecil agar ibunya mudah untuk memakannya, dari aroma rebusan olahan daging itu tercium aroma yang sangat lezat. Sehingga Ibunya penasaran dengan aroma kaldu daging yang dibuat oleh Meng Bo itu dan ingin mencicipi makanan yang memiliki aroma sedap itu.
Setelah olahan daging matang, Meng Bo menyajikan olahan tersebut kepada ibunya. Sang ibu merasa gembira sebab tak hanya lezat namun adonan tersebut mudah untuk dimakan olehnya. Tak hanya sang ibu, Meng Bo pun merasa senang sebab sang ibu tercinta dapat merasakan makan daging kembali. Dan kini mereka sering memasak dan memakan bakso sebagai makanan utama mereka.
Cerita bakti Meng Bo dan sejarah bakso tersebar luas hingga ke seluruh Kota Fuzhou. Tak hanya tetangga namun banyak penduduk yang berdatangan untuk belajar membuat bakso yang dibuat Meng Bo. Dan resep tersebut terus menyebar hingga sampai ke Indonesia. Walau resep asli dengan resep Indonesia berbeda namun bentuk bakso yang bulat serta teksturnya yang empuk tetap sama layaknya resep Meng Bo.
Bakso yang kita kenal saat ini diperkenalkan oleh pedagang china yang menetap di Indonesia. Namun, sejarah bakso di Indonesia mengalami perubahan pada resep asli dimana penggunaan daging babi yang memang tidak familiar di Indonesia. Sehingga pedagang tersebut menggantinya dengan daging sapi, begitu juga dengan bumbu menggunakan rempah-rempah yang cocok dengan lidah orang Indonesia. Walau tak mirip dengan resep asli, namun daging bakso yang empuk tetap menjadi ciri khas masakan ini.
3. LUMPIA
Makanan khas kota Semarang ternyata memiliki kisah menarik di baliknya. Lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tiong Hoa – Jawa yang serasi dalam cita rasa. Semua bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong hoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan yang hampir sama hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang.
Seiring waktu bejalan, mereka bukannya bermusuhan, malah saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan sentuhan perubahan yang malah makin melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tiong Hoa – Jawa. Isi dari kulit lumpia dirubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumia yang renyah jika digoreng.
4. BATAGOR
Batagor sudah cukup ngetop menjadi menu andalan wilayah Sunda khususnya Bandung. Sebelum jauh mengenal Batagor kita harus tau sejarahnya lebih dulu. Batagor (Baso Tahu Goreng) dulunya kreasi dari Somay. Somay berasal dari kata “Shumai” resep asli dibuat oleh orang-orang keturunan China. Bahan dasar mereka sama-sama ikan tenggiri giling yang kaya vitamin dan campuran tepung sebagai kulit luar. Cara penyajiannya yang beda, kalau di resto china disajikan dengan saus pedas. Karena orang Bandung yang amat cemerlang, Somay Bandung yang dikukus lalu disajikan dengan menu pelengkap sayuran lalu disiram bumbu kacang yang lezat. Kemudian di era 70-80an Somay dikembangkan menjadi Batagor “Baso Tahu Goreng” tentunya lebih krenyes dengan siraman bumbu kacamg kasar dan menjadi idola hingga kini.
Setelah mengulik panjang tentang Batagor Ihsan, Sofyan sang manajer outlet menceritakan tentang restonya siang itu, kami menyediakan menu-menu tradisional Batagor dengan penyajian berbeda dari yang lain yakni dengan ‘ala barat’ dan dikemas semenarik mungkin, “Kemudian bahan-bahan utama seperti tahunya juga kita datangkan murni dari Bandung”, katanya.
“Pertama kali Resto Batagor Ihsan ini berkembang di luar Pulau Jawa sebenarnya, namun lama kelamaan cabang yang dibuka sudah merambah ke Jakarta dan sekarang berlabuh di Margonda. Kita juga siap mengeluarkan menu-menu baru supaya penggemar Batagor tidak bosan datang kemari seperti menu andalan kita yang baru yaitu Batagor Kuah.” ceritanya lagi.
5. WEDANG RONDE
Wedang Ronde merupakan salah satu dampak pencampuran budaya di Indonesia. Pada dasarnya, minuman hangat tradisional ini berasal dari negara Tiongkok dengan sebutan Dongzhi ato Tangyuan. Berbeda dengan Wedang Ronde, kuah Tangyuan ini manis dan hangat saja.
Pada jaman dahulu ketika Indonesia belum terbentuk dan negara kita masih disebut-sebut sebagai Nusantara, banyak pedagang yang datang ke Indonesia. Beberapa di antara mereka memperkenalkan minuman hangat ini, sehingga masyarakat Nusantara mulai berinovasi membuat minuman tradisional dari bahan khas masyarakat Jawa yaitu, jahe.
Kuah Wedang Ronde pun sangat dikenal dengan rasa manis gula jawa dan rasa hangat dari jahe. Melalui pencampuran budaya terbentuklah suatu hal yang sangat berharga bagi kita, sebuah minuman tradiosional khas Jawa, Wedang Jahe.
6. BAKPIA
Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.
Tidak hanya warga Pathuk yang membuat bakpia, salah satu produsen bakpia “pribumi” alias warga Yogyakarta yang cukup populer adalah pada tahun 70-an adalah Nitigurnito yang tinggal di daerah Taman sari. Bakpia buatanya agak berbeda dengan buatan warga Pathuk. Bakpia Nitigurnito lapisan kulitnya lebih tebal, berwarna putih dengan bagian tengah menjadi kecoklatan karena dipanggang, sedangkan Bakpia Pathuk berkulit tipis dan mudah rontok.
7. MIE AYAM
Mie ayam ini awalnya adalah bakmi, hidangan mie khas Tiongkok Selatan, khususnya daerah Fujian dan Guandong. Hidangan ini mulai masuk ke Indonesia karena banyaknya masyarakat asal China yang merantau dan menetap di Indonesia. Di negara asalnya, daging yang digunain untuk topping bakmi ini adalah daging babi, sesuai dengan namanya yang berarti “mie babi”.
Namun, saat hidangan ini mulai diperkenalkan di Indonesia, daging yang digunakan akhirnya diganti dengan daging ayam yang disemur kecap yang disesuikan dengan lidah orang Indonesia. Pada saat itu, Indonesia pada saat ini masih berupa kerajaan didominasi oleh kerajaan-kerajaan Islam. Nah, agar masakan tersebut dapat diterima dengan baik di sini, maka daging yang digunakan tentu saja harus diganti dengan daging ayam yang bisa dikonsumsi oleh semua orang.